Kamis, 23 April 2009

Budidaya Rumput Laut Di Tambak



A. Persyaratan lokasi

  1. Pemlihan Lokasi

Untuk memulai usaha budidaya rumput laut ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah :

Ø Lokasi harus terlindung dari ombak laut yang besar agar rumput laut tidak rusak.

Ø Kedalaman air pada pasang surut yang terendah berkisar antara 30-60 cm

Ø Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan berpasir

Ø Air jernih (tidak keruh) agar proses assimilasi berlangsung dengan baik, dan terhindar dari pencemaran limbah industri maupun buangan oli kapal, dan jauh dari sumber air tawar

Ø Salinitas air laut berkisar antara 30-40‰

Ø Suhu air laut antara 28-32 0 C antara 6,5-8

Ø kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3-8 ppm.

  1. Pemilihan bibit

Pada dasarnya pemilihan bibit ini bertujuan agar pertumbuhan rumput laut menjadi baik, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Ø Bibit berupa stek pilihan dari tanaman yang segar dapat diambiil dari tanaman yang tumbuh secara alami, ataupun dari tanaman hasil budidaya.

Ø Bibit yang akan ditanam bercabang banyak, utuh, tanpa luka, harus baru dan masih muda.

Ø Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, bibit harus tetap basah attaupun terendam air laut.

Ø Sebelum dilakukan penanaman, bibit dikumpulkan pada tempat-tempat tertentu, misalnya keranjang atau jaring dan diusahakan bibit tidak terkena minyak, kehujanan dan tidak kekeringan.

B. Teknik Pemeliharaan

Metode pemeliharaan setiap rumput laut berbeda satu sama lainnya. Namun secara umum dikenal tiga metode pemeliharaan rumput laut berdasarkan letak bibit terhadap dasar perairan, yaitu :

1. Metode Dasar ( bottom methode )

Metode dasar adalah cara pemeliharaan dimana bibit ditebarkan di dasar perairan yang datar. Penanaman dengan metode ini dilakukan 2 macam :

Ø Bibit (thalus) dipotong dengan ukuran sekitar 20-25 cm dengan berat 75-100 gram, kemudian disebarkan pada dasar perairan.Cara ini dilakukan pada perairan yang relative diam.

Ø Bibit (thalus) setelah dipotong diikat pada batu karang atau balok semen, kemudian diatur berbaris dengan jarak 20-25 cm di dasar perairan. Cara ini dilakukan pada perairan yang ada ombaknya.

2. Metode Lepas Dasar ( off bottom method )

Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir, sehingga mudah untuk menancapkan patok / pancang. Bibit ( thalus ) diikatkan pada tali atau jaring yang direntang diatas dasar perairan dengan pancang kayu atau.

Bahan-bahan yang digunakan dalam metode ini diantaranya :

· Potongan bambu attau kayu dengan ukuran 1-1,5 m dengan salah satu ujungnya runcing digunakan sebagai pancang.

· Tali plastic atau tali dari bahan monofilament, tali nilon no. 2000, sebagai tempat mengikat bibit.

· Tali raffia untuk mengikat bibit

· Apabila menggunakan jaring direntangan dengan patok, maka ukuran jaring 2,5 x 4 m2 dengan lebar mata jaring 25-30 cm.

Jarak tali atau jaring dengan dasar perairan kira-kira 25 cm. jarak bibit dengn bibit lainnya kira-kira 25 cm. bibit yang akan ditanam berukuran antara 100-150 gram, dalam satu petak direntangkan 10 monolisme (Tali plastik). Satu monoline terdapat 10 ikat, sehingga dalam satu petak

Terdapat 200 ikat atau kurang lebih 20 kg bibt.

  1. Metode Apung (Floating method)

Metoda terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bamboo dan kayu yang ukurannya 2-4 meter. Metode ini memiliki dua modifikasi yaitu monoline dan net seperti yang dilakukan dengan metode dasar. Metode ini baik diterapkan di tempat yang pergerakan airnya berupa ombak atau lokasi yang dasar perairannya berupa karang yang keras ( sulit untuk menancapkan pancang ).

Agar rakit tidak tidak hanyut sebaiknya dipasang jangkar. Untuk efisensi pemakaian area. Menyatukan rakit dalam jumlah banyak akan berpengaruh jelek terhadap pertumbuhan rumput laut. Jumlah rumput laut yang disatukan sebaiknya 10 rakit dengan ukuran 2 x 5 m2.

C. Budidaya Rumput Laut di Tambak.

Selain dilaut rumput laut dapat dibudidayakan di tambak. Budidaya rumput laut di tambak lebih menguntungkan karena tanaman terhindar dari pengaruh ombak, arus laut yang kuat, dan binatang predator. Selain itu, proses pemupukan dan pengontrolan kualitas air lebih mudah dilakukan. Jenis rumput laut yang sering dibudidayakan di tambak adalah Glacilaria sp. Pembudidayaan Glacilaria sp. Di tambak masih bisa ditumpangsarikan atau polikultur dengan udang atau banding. Dengan catatan, budidaya udang dan bandeng bukan merupakan usaha utama dan harus menggunakan perbandingan tertentu. Perbandingan antara rumput laut,bandeng dan udang windu biasanya 1 ton : 1.500 ekor : 5.000 ekor.

Budidaya rumput laut secara polikultur ini sangat menguntungkan karena selain memperoleh pendapatan tamabahan dari penjualan bandeng dan udang, bandeng jugan bisa mengurangi lumut (klekap) yang menempel pada rumput laut. Lumut (klekap) merupakan pakan alami untuk bandeng. Bandeng glondongan (bibit bandeng yang agak besar) ditebar pada hari ketujuh sampai kesepuluh setelah penanaman rumput laut dengan padat penebaran 1.500 ekor. Seminggu kemudian, udang tokolan (bibit udang yang agak besar) ditebar dengan padat penebaran 5.000 ekor.

Selasa, 14 April 2009

Pembesaran Udang Galah


I. Persiapan tambak

Persiapan tambak merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam melakukan budidaya dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam persiapan tambak ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Kontruksi tambak

· Persiapan kontruksi tambak pada intinya adalah mengkondisikan seluruh kontruksi tambak hingga siap dioperasikan. Kontruksi tambak yang harus diperhatikan adalah tanggul, pintu air dan papan pengarah pintu air

· Perbaikan struktur tanah tanggul dengan kokoh agar tidak terjadi kebocoran tanggul

b. Tanah dasar tambak

· Pengangkatan lumpur bertujuan untuk mengangkat lapisan sedimen. Waktu yang efektif yaitu pada saat lumpur masih basah sehingga mempercepat pengangkatan lumpur.

· Pengeringan total dasar tambak dilakukan dengan cara penjemuran selama 2 – 3 hari (tergantung cuaca)

· Pembakaran jerami yang bertujuan untuk memberantas hama dan bibit penyakit.

c. Pengapuran tambak

· Kapur yang digunakan kapur pertanian, caranya disebar secara merata keseluruh tanah dasar tambak dan dinding tambak.

· Kebutuhan kapur per hektar tergantung derajat keasaman tanah tambak (pH). Umumnya, tanah tambak yang sudah beberapa kali digunakan untuk pemeliharaan udang pH nya rendah karena terjadi proses pembusukan bahan organik berupa sisa pakan dan kotoran sehingga menghasilkan asam dari proses oksidasi.

· Semakin rendah pH tanah, maka jumlah kapur yang diperlukan juga semakin banyak.

d. Persiapan air dan penumbuhan pakan alami

· persiapan tambak paling akhir adalah mengisi air dan menumbuhkan pakan alami. Pakan alami masih sangat dibutuhkan oleh benur yang baru ditebar. Jenis pakan alami yang dibutuhkan adalah diatom dan zooplankton, tumbuhnya pakan alami dengan memberi pupuk kimia (NPK) jangka waktu penumbuhan pakan alami selama satu minggu.

· Jenis pupuk yang digunakan perbandingan 3 : 1 yakni 2,5 gram/m2 air tambak dan TSP 1 gram /m3 air tambak, dilakukan pengisian air 10 cm, pemupukan kedua dapat dilakukan seminggu kemudian, ketinggian air ditinggikan menjadi 20 cm.

·

II. Penebaran benur

1. Pemeliharaan

Benih udang yang siap dipelihara di kolam adalah benih udang stadia juwana atau tokolan. Pemeliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Monokultur

Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di kolam tanpa dicampur dengan ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5-10 ekor/m² bila pemberian pakan tidak intensif dan 20-30 ekor/m² dengan pemberian pakan secara intensif.

b. Polikultur

Pemeliharaan secara polikultur adalah pemeliharaan udang di kolam disatukan dengan ikan lainnya. Adapun yang dapat dibudidayakan dengan udang adalah ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan “big head”. Padat penebaran ikan 5-10 ekor/m² ukuran 5-8 cm. selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2-3 minggu berupa urea 3-5 kg dan TSP 5-10 kg/Ha kolam.

2. Pemberian pakan

Selain makanan alami selama pemeliharaan udang galah perlu dibarikan pakan tambahan berupa pelet udang dengan kadar protein 25-30 % karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20 % menurun sampai 5 % dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4-5 kali sehari, sedangkan pada pemeliharaan secara polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6 % menurun sampai 3 % dari berat badan total populasi dengan frekuensi pemberian 4-5 kali sehari.

3. Pengendalian hama dan penyakit

a. Predator

Predator pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah beberapa jenis ikan seperti catfish (lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu juga karena hewan tersebut melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator, pada saluran pemasukan air dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm.

b. Penyakit

Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah “Black spot” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunnya mutu udang. Untuk pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri. Ini digunakan obat antibacterial yang diberikan secara oral melalui pakan.

4. Pengelolaan kualitas air

Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah di kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 ml/l, suhu optimum 27-30ºC, derajat keasaman (pH) 7,0-8,5 dan kesadahan total antara 40-150 mg/l.

5. Pemanenan

Pemanenan udang galah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

c. Panen total

Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total, sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian system ini adalah udang yang masih kecil ikut dipanen serta membuang air yang telah kaya dengan organisme dan mineral.

d. Panen selektif

Panen selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang ukuran tertentu saja. Pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian system ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam.


Pembesaran Udang Vanamai


1. Persiapan tambak

· Perbaikan konstruksi tambak

· Pengeringan dan pengangkatan lumpur dasar tambak. Pengeringan selama 1 bulan sampai tanah dasar tambak menjadi retak – retak. Sejalan dengan pengeringan dilakukan pengangkatan lumpur dasar tambak.

· Pemasangan skala air

· Pemasangan saringan air. Pemasangan saringan dilakukan terhadap pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air

· Pemasangan jembatan anco. Pemasangan jembatan anco dilakukan dengan menggunakan rangkaian batang bambu berukuran sekitar 2 m dan dipasang menjorok kedalam tambak dengan penyangga ditanam pada dasar tambak

· Pemasangan kincir. Untuk mensuplai kebutuhan udang akan oksigen terlarut (dissolved oksygen) dalam tambak, digunakan aerator berupa kincir/ paddle wheel dengan perbandingan jumlah benur yang akan ditebar adalah 1 unit : 50.000 ekor.

2. Persiapan Air

Pemasukan air pertama kali dilakukan pada petak penampungan/ tandon melalui saluran utama. Kemudian air tersebut didistribusikan/ disalurkan ke petak pemeliharaan melalui pipa paralon menggunakan pompa submersible 6” sampai ketinggian air mencapai 60 cm.

Petakan tambak yang akan ditebari benur harus bebas dari hama agar tingkat kelangsungan hidup udang dapat dicapai seoptimal mungkin (minimal 70%). Untuk itu, air tambak perlu disucihamakan dengan menggunakan pestisida organik yaitu samponin sebanyak 30 ppm kemudian air diaduk dengan pengoperasian kincir.

Samponin yang ditebar akan menimbulkan busa pada permukaan air tambak selama 3 – 4 hari. Busa tersebut sebaiknya diangkat dengan menggunakan caduk untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan. Setelah air tambak netral, benur udang vanname siap ditebarkan.

3. Penebaran benur

Penebaran benur akan dilaksanakan pada pagi hari pukul 6.00 – 9.00 dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. benur akan mendapat lingkungan media penebaran yang kadar oksigennya semakin membaik, penebaran sore hari akan sebaliknya yaitu akan menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air tambak

2. pengamatan terhadap benur yang baru disebarkan akan lebih mudah dilaksanakan.

Untuk mencegah tingginya tingkat kematian (mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu terhadap benur yang akan ditebar, baik aklimatisasi salinitas, suhu maupun pH.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan pembesaran udang vanamai berlangsung selama 4 bulan dengan berat badan udang 400 grm dalam pemeliharaan pembesaran udang vanamai harus terjaga kualitas air dan hama penyakit, salinitas tambak harus stabil. Untuk malam hari biasanya dilakukan pengontrollan saluran inlet dan autlet serta pemberian pakan pada malam hari.

5. Pemberian pakan

Berdasarkan spesifikasi teknologi yang diterapkan yaitu semi intensif, maka penyediaan pakan meliputi pakan alami dan pakan tambahan. Penyediaan pakan alami melalui pemupukan dengan pupuk organik (kotoran ayam/ postal) dan pemberian probiotik (Star Bio Plus) serta pengelolaan kualitas air yang teratur dan kontinyu. Lingkungan budidaya yang dikelola dengan baik sangat dinamis dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak.

Disamping pakan alami dan untuk meningkatkan produktivitas udang vanname membutuhkan pakan tambahan berupa pakan buatan yang telah diolah dalam bentuk fine crumble dan pellet.

6. Pengelolaan kualitas air

Selama proses pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air untuk mencegah dan mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang dilakukan tergantung pada hasil monitoring. Monitoring kualitas air dilakukan 3 kali setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore hari. Adapun kualitas air yang dimonitor meliputi salinitas, suhu, pH, kecerahan, warna, kadar oksigen terlarut (DO), jenis plankton dan sebagainya.

7. Pemanenan

Pemanenan akan dilakukan setelah udang mencapai umur 120 hari pemeliharaan di tambak atau disesuaikan dengan laju pertumbuhan udang. Apabila berat rata-rata (ABW) telah mencapai standar permintaan pasar (30 ekor/kg) maka panen dapat dilaksanakan walaupun masa pemeliharaan belum mencapai 120 hari. Proses pemanenan akan dimulai pada malam hari sampai dini hari untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Petak tambak yang akan dipanen dikuras airnya terlebih dahulu menggunakan pintu pengeluaran dan pompa submersible 6". Setelah air tambak mencapai 50 % dari volume semula maka udang segera di tangkap menggunakan jala lempar (felling gear) dan sudu. Kemudian udang di tampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya.

Sejalan dengan penangkapan udang menggunakan jala lempar dan sudu, pengurasan air tambak terus dilakukan sampai tambak menjadi kering. Setelah itu, sisa udang yang masih dalam tambak segera dikumpulkan menggunakan tangan kosong (ngegogo). Udang hasil panen langsung dicuci dengan air bersih kemudian direndam dalam wadah tertentu (fiber glass) yang telah diidi dengan air es. Setelah itu udang disortir (dikelompokkan berdasarkan ukuran) kemudian ditimbang dab dipasarkan.


Minggu, 05 April 2009

Pembenihan Udang Galah


I. Pengelolaan induk

  • Pengadaan Induk

Induk yang digunakan dalam kegiatan pembenihan biasanya berasal dari seleksi induk atau bisa juga dari hasil kegiatan pembesaran yang di seleksi kembali untuk indukan.

  • Seleksi Induk

- Jantan

Ø Bentuk tubuh bagian perut lebih ramping dan ukuran pleuronnya lebih pendek

Ø Letak kelamin terdapat dibaris pasangan kaki jalan kelima

Ø Bentuk dan ukuran kaki jalan ke dua sangat mencolok, yakni besar dan panjang mirip galah

- Betina

Ø Bagian tubuh tumbuh dan pleuronnya agak memanjang

Ø Alat kelamin terdapat pada baris pasangan kaki jalan ketiga

Ø Pasangan kaki jalan ke dua lebih kecil dan tidak mencolok

  • Pemeliharaan induk.

Induk di pelihara di bak persegi panjang, dengan ukuran 4 x 2,5 x 2 m3, dalam bak pemelihaan induk sebaiknya di lengkapi dengan selter berguna sebagai pelindung. Selter yang digunakan yaitu pipa PVC dengan ukuran 4-5 inci. Induk di pelihara setelah kegiatan seleksi dalam pembesaran. Induk di pelihara sampai induk tersebut matang gonad atau siap untuk di pijahkan.

  • Pemberian Pakan Induk

Selama pemeliharaan berlangsung induk di beri pakan dengan menggunakan pellet sebagai makanan utamanya dan kentang sebagai pakan tambahan. Pemberian pakan pellet dan kentang di berikan dalam selang waktu lima hari. Dalam pemberian pakan pellet di berikan secara adlibitum terkontrol, sedangkan pemberian pakan kentang di berikan sebanyak 3 butir per hari. Sebelum kentang di berikan kentang tersebut di kupas kemudian di potong-potong kecil sehingga dapat di makan oleh induk tersebut.

II. Pemijahan

Tempat pemijahan berupa bak beton. Guna memperoleh induk matang telur dalam jumlah banyak dan serempak maka perlu dilakukan didalam bak yang mempunyai tinggi bak 2 m, panjang bak 4 m, lebar bak 2,5 m serta ketinggian airnya mencapai 20-30 cm. Persiapan bak pemijahan meliputi pengeringan dasar bak, pencucian bak, dan pengisian dengan air baru serta dengan pemberian aerasi.

Jika kolam pemijahan sudah siap, induk jantan dan betina dimasukkan dalam bak yang telah disiapkan, dengan perbandingan 3:1 atau 5:2 (3 ♀ dan 1 ♂). Selama pemijahan induk diberi pakan kentang selama 5 hari berturut-turut dan pakan pellet selama 5 hari berturut-turut, dilakukan seleksi terhadap induk yang mengandung telur yang siap menetas yaitu yang berwarna coklat keabuan. Induk-induk tersebut ditangkap dan disimpan dalam bak pemijahan.

III. Penetasan Telur

Bak penetasan telur dapat berupa akuarium atau bak beton yang berbentuk bulat. Besar kecilnya wadah tergantung jumlah induk yang akan ditetaskan telurnya. Sebelum digunakan, wadah tersebut harus dibersihkan baik dari kotoran maupun hama dan penyakit dengan menggunakan antibiotik maupun bahan kimia lainnya antara lain :

> Formalin : 0,25-0,50 %

> CU SO4 : 5,0 – 10,00 ppm

> sodium hyploclorit : 10,0 – 150 ppm

> Na O Cl

> Kaporit (Ca O Cl) : 10,0 – 150 ppm

Malachite green : 2,0 – 10,0 ppm

Wadah penetasan diisi air yang bersih dan bebas panyakit dengan kadar garam 3-5 ppt. Sebelum dimasukkan, induk direndam dahulu di dalam larutan malachite green 2-10 ppm selama 5-15 menit. Padat penebaran induk sebesar 5 ekor per 200 liter air. Telur akan menetas 24 – 48 jam pada suhu air 28-30o C. Selama penetasan,air media diaerasi secara terus menerus dan dibersihkan dengan disedot (disiphon) setiap hari. Jumlah larva yang dihasilkan dari 1 ekor induk seberat 30-50 gram sebanyak 11.500 ekor. Larva tersebut segera dipanen untuk dibesarkan di bak pemeliharaan. Untuk mengetahui jumlah larva tersebut kita melakukan sempling.

IV. Pemeliharaan larva

Wadah pemeliharaan larva bisa berupa bak semen berbentuk segi empat, maupun fiber glass berbentuk kerucut. Kapasitas wadah bervariasi antara 300 liter sampai 500 liter. Sebelum digunakan, wadah tersebut dibersihkan dengan menggunakan larutan chlorin 1,5 ppm. Air payau berkadar garam 10-12 ppt dimasukkan ke dalam wadah sebagai media pemeliharaan larva. Padat penebaran 60 – 120 ekor per liter.

Selama 2 hari pertama larva tidak diberi pakan tambahan dan tanpa penggantian air media. Setelah 2 hari berikutnya larva diberi pakan tambahan berupa naupli artemia dan pakan buatan yang mengandung protein 60 % ( 1 kg cumi + 6 butir telur ayam ).

Selamatkan Terumbu Karang!!!


Mengapa Terumbu Karang harus segera kita selamatkan???

Karena terumbu karang merupakan ekosistem yang ada di laut dan peran kehidupan terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan biota air yang ada di laut, sehingga kita harus selamatkan kelestarian terumbu karang yang ada di laut. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.

Akan tetapi banyak ulah manusia yang merusak sehingga ekosistem laut khususnya terumbu karang. Terumbu karang sangat sensitif jangankan di rusak di ambil beberapa maka rusaklah keutuhannya. Perlu kita ketahui Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Terumbu karang tidak hanya berperan sebagai tempat hidup ribuan biota air sja akan tetapi terumbu karang berperan penting dalam melindungi pantai dari bencana alam di laut misalnya abrasi dan erosi yang menyebabkan kerusakan di laut.

Budidaya Lobster Air Tawar


1. Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan lobster yaitu akuarium dengan berukuran 60x40x20 cm, wadah pemeliharaan di usahakan harus bersih dan harus bebas dari hama. Hal yang harus di lakukan agar akuarium baik untuk pemeliharaan lobster yaitu di bersihkan. Akuarium di bersihkan dengan menggunakan air dan di sikat dengan menggunakan sikat, setelah di sikat lalu di bilas dengan air lalu akuarium di dibersihkan menggunakan sabun dan di bilas lagi agar bakteri pathogen yang ada dalam akuarium mati. Setelah semuanya selesai di bersihkan akuarium di jemur hingga kering. Akuarium di isi air dengan ketinggian 20,30 dan 40 cm dengan 3 buah akuarium. Setelah di isi dengan air, lalu akuarium tersebut di kasih selang aerasi agar oksigen yang ada dalam wadah perairan selalu ada. Setelah di pasang lalu di ukur kualitas airnya.


2. Penebaran Benih.

Benih yang di tebar pada pemeliharaan lobster air tawar yaitu berumur satu minggu setelah penetasan, padat penebaran harus sesuai dengan volume wadah yang akan di jadikan wadah pemeliharaan lobster air tawar. Jumlah lobster yang di tebar terbagi 3 wadah akuarium, yang pertama penebaran akuarium 1 yaitu dengan padat tebar 24 ekor, akuarium 2 padat tebarnya 32 ekor dan akuarium 3 dengan padat tebar 48 ekor. Tujuan dari padat tebar yang berbeda yaitu membandingkan angka mortalitas benih lobster air tawar selama pemeliharaan, pada padat penebaran 48 ekor lobster nya berukuran agak berat di bandingkan dengan padat tebar 24 dan 32 ekor.


3. Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan, benih lobster di beri pakan berupa pakan pellet tepung. hal yang penting dalam pemberian pakan yaitu pemilihan pakan, pakan yang di berikan harus sesuai dengan umur Lobster yang di pelihara. Pemberian pakan juga harus rutin dan tepat waktu karna apabila telat dalam pemberian pakan di khawatirkan sifat kanibalisme lobster tersebut akan muncul sehingga akan menagncam lobster yang lain. Pemberian pakan harus sesuai dengan dosis yang sudah di tentukan.

Pemberian pakan di berikan 3 kali sehari, pada waktu pagi hari dengan dosis pemberian pakan 25%, siang hari di berikan 25% dan pada sore hari 50%. Pemberian pakan pada sore hari lebih banyak dikarnakan sifat lobster air tawar yaitu bersifat nocturnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Lobster aktif mencari makan pada malam hari oleh karena itu agar pertumbuhan lobster cepat tumbuh kita lakukan pemberian pakan pada malam hari.


4. Penyiponan dan Pergantian Air

Agar kebersihan wadah akuarium budidaya lobster tetap terjaga maka kita lakukan penyiponan, penyiponan di lakukan setiap hari sebelum dilakukan pemberian pakan. Karna sisa pakan yang tidak di makan pada malam hari akan menumpuk di dasar wadah. Penyiponan menggunakan alat sipon kecil dengan cara menyedot selang sipon hingga air tersebut keluar dari selang. Dasar akuarium di sipon hinnga bersih, kotoran yang ada dalam media yaitu sisa pakan dan peses lobster. Setelah di sipon lalu wadah tersebut di kasih air lagi karna pada saat penyiponan air sedikit terbuang.

Pergantian air dilakukan apabila air di media budidaya sudah kelihatan kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Cara pergantian air tidak langsung di ganti langsung akan tetapi air di surutkan hingga 75% dari volume air yang ada dalam media, bertujuan agar lobster yang ada di wadah tersebut tidak sampai kehabisan air. Pergantian air juga akan mengakibatkan percepatan molting.


5. Sampling

Untuk mengetahui pertumbuhan lobster maka sebaiknya kita lakukan sampling, sampling dilakukan bertujuan agar kita dapat mengetahui pertumbuhan lobster dan kita bisa memilih mana lobster yang pertumbuhannya cepat agar kita bisa memindahkan lobster yang kecil dengan lobster yang sudah besar, jika lobster besar di satu kan dengan lobster besar maka sifat kanibalisme lobster besar kan muncul.

Pertumbuhan lobster bila di lihat dari kasat mata yaitu bisa di lihat dari banyaknya lobster yang molting pada setiap harinya. Dan untuk lebih jelas hasil dari sampilngan bisa dilakukan penimbangan, benih yang kita timbang tidak harus semuanya akan tetapi dilakukan menimbang 30% nya dari padat tebar lobster tersebut. Sampling di lakukan seminggu sekali, agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sampling yang di ukur yaitu berat dan panjang lobster.


6. Pemanenan

Panen di lakukan setelah berusia 6 minggu, lobster yang di panen sudah berukuran 5 cm, umtuk ukuran tersebut bisa di jual ke para pembudidaya pembesaran lobster. Untuk ukuran 5 cm bisa di hargai dengan harga Rp. 4000,-. Atau bisa juga kita besarkan di kolam pembesaran, lama pembesaran lobster selama 5 bulan, dan mencapai berat 90-100 gram per ekor atau 10-12 ekor per kilo gram.

Untuk cara pemanenan hampir sama dengan pemanenan biasanya yang di lakukan yaitu air di surutkan dengan menggunakan selang, lalu setelah habis lobster tersebut di angkat dan di taruh di ember atau wadah. Apabila hasil panen mau di jual maka lobster tersebut di paking dengan menggunakan plastic atau sterofom, jika mau di besarkan lagi harus langsung di tebar di kolam.